
Event “On The Road” di Bali: Sinergi Literasi, Pantai, dan Inspirasi untuk Generasi Muda
Pendahuluan
Pulau Dewata kembali jadi tuan rumah event berskala nasional yang menggabungkan seni, literasi, dan aktivisme generasi muda. Bertajuk “On The Road: Road to Bali”, acara ini digelar pada 5–8 Agustus 2025 di beberapa titik ikonik Bali seperti Pantai Seminyak, Ubud Writers Hub, dan Kampus Undiksha Singaraja.
Event ini bukan sekadar festival biasa. Ia menyatukan diskusi buku, pertunjukan seni, kelas menulis, hingga aksi bersih pantai dalam satu rangkaian. “Event Bali Road to Bali” dirancang sebagai ruang bertemu bagi penulis muda, aktivis lingkungan, pelajar, serta pelaku kreatif dari seluruh Indonesia dan Asia Tenggara.
Apa yang membuat event ini spesial? Dan kenapa event seperti ini penting dalam ekosistem literasi dan traveling di Indonesia? Artikel ini akan membahas semuanya secara tuntas.
Konsep Unik: Literasi Bertemu Traveling & Aktivisme
Berbeda dari festival sastra konvensional, event Bali Road to Bali mengusung format hybrid yang menggabungkan:
-
Kelas menulis di alam terbuka: Peserta mengikuti workshop menulis kreatif di pinggir pantai, hutan mangrove, dan galeri terbuka.
-
Diskusi literasi lintas generasi: Menghadirkan penulis senior seperti Andrea Hirata, Dee Lestari, dan Seno Gumira Ajidarma bersama penulis muda dari komunitas-komunitas lokal.
-
Pasar buku indie dan peluncuran karya kolektif: Buku-buku dari penerbit kecil, zine anak muda, dan e-book kolaboratif dipamerkan dan dijual.
-
Aksi lingkungan dan literasi visual: Termasuk mural di tembok komunitas, pembacaan puisi di tengah sampah plastik, serta lomba baca puisi sambil bersepeda keliling desa.
Semua rangkaian acara dibingkai dalam semangat “Berpindah, Berbagi, dan Berkarya”, menjadikan traveling bukan sekadar pelesiran, tapi juga proses kreatif dan aksi nyata untuk perubahan.
Acara ini juga membuka akses ke wisata literasi Bali yang jarang terekspos, seperti Museum Bali di Denpasar, rumah-rumah penulis di Ubud, dan komunitas penulis desa di Karangasem.
Dampak Sosial dan Ekonomi bagi Komunitas Lokal
Lebih dari sekadar event budaya, “Event Bali Road to Bali” juga mendorong dampak ekonomi langsung dan jangka panjang untuk masyarakat lokal.
-
UMKM lokal ikut serta dalam bazar buku, makanan, dan produk kreatif. Banyak pengusaha muda Bali memamerkan produk etnik, teh herbal lokal, kerajinan bambu, dan pakaian tenun.
-
Anak-anak sekolah desa diajak ikut kegiatan kelas inspiratif bersama penulis dan jurnalis nasional. Ini membuka ruang aspirasi dan meningkatkan motivasi belajar mereka.
-
Hotel kecil dan penginapan rakyat di sekitar lokasi event mengalami peningkatan okupansi hampir 90% selama acara.
-
Komunitas pemuda desa terlibat sebagai panitia dan relawan, mendapatkan pelatihan komunikasi, publik speaking, dan produksi event.
Lebih menarik lagi, sebagian keuntungan dari event digunakan untuk program beasiswa literasi dan pembuatan pojok baca digital di desa-desa sekitar Bali Utara.
Pihak penyelenggara juga menggandeng komunitas inklusif seperti teman tuli dan disabilitas netra dalam format acara—termasuk penyediaan juru bahasa isyarat dan buku braille.
Tantangan, Keberlanjutan, dan Potensi Nasional
Meski sukses, pelaksanaan event Bali Road to Bali juga menghadapi beberapa tantangan:
-
Logistik antar lokasi yang cukup jauh dan berbeda karakter (pantai, desa, kota).
-
Biaya produksi tinggi karena perlu penyesuaian infrastruktur (panggung outdoor, akses difabel, dll).
-
Koordinasi antar komunitas lokal masih belum seragam.
Namun, penyelenggara optimistis bahwa model acara ini bisa dijadikan template event nasional berbasis literasi dan traveling. Rencana pengembangan selanjutnya meliputi:
-
Road to Maluku dan Road to Kalimantan edisi 2026
-
Pembuatan platform digital event literasi keliling berbasis komunitas
-
Integrasi kurikulum sekolah menulis ke sekolah-sekolah pelosok
Banyak peserta berharap event ini bisa menjadi bagian dari agenda tahunan nasional dan bahkan dijadikan sebagai festival ASEAN di masa depan. Hal ini membuka potensi pariwisata tematik berbasis edukasi, sebuah tren baru di dunia post-pandemic travel.
Referensi
Penutup: Ketika Traveling Menjadi Jalan untuk Berkarya
Bali selama ini dikenal sebagai destinasi eksotis. Tapi dengan adanya event Bali Road to Bali, pulau ini juga menunjukkan bahwa ia bisa menjadi pusat gerakan literasi, inklusi, dan kreativitas anak muda.
Melalui rangkaian kegiatan yang menyatu dengan alam dan budaya lokal, generasi muda Indonesia tidak hanya diajak jalan-jalan, tapi juga berpikir kritis, menulis, dan bergerak untuk perubahan sosial. Inilah konsep traveling yang tak hanya menyenangkan, tapi juga membekas dan memberdayakan.
Karena pada akhirnya, literasi bukan sekadar membaca dan menulis—tapi juga memahami dunia dan ikut menyusunnya menjadi lebih baik.